PAKI KABA CONGKO LOKAP
Tandai Peresmian Kantor Bupati Matim
Tandai Peresmian Kantor Bupati Matim
Kantor Bupati Manggarai Timur di Lehong, Kecamatan Borong Foto-Foto dok:Humas Pemkab Matim |
Provinsi Nusa Tenggara Timur
kaya akan ragam budayanya.
Berbagai upacara ritual
digelar lebih dari sepekan
saat meresmikan Kantor Bupati
yang terletak di Lehong, Kecamatan Borong
beberapa waktu lalu.
Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, meski tergolong kabupaten baru, namun geliat untuk
mempromosikan keragaman budaya yang dimiliknya patut mendapat sambutan positif.
Khususnya bagi para wisatawan penikmat budaya tradisional.
Seni Tradisi Yang Tetap Lestari |
Belum lama ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Manggarai Timur menggelar rangkaian upacara ritual terkait dengan peresmian
kantor bupati baru tersebut yang bertajuk Paki Kaba Congko Lokap.
Paki Kaba Congko Lokap atau Congko Lokap Doal
Kaba dalam bahasa Manggarai diidentikan dengan penyembelihan kerbau sebagai
hewan kurban. Paki Kaba merupakan acara ritual yang dilakukan masyarakat
Manggarai pada umumnya. Upacara ritual tersebut merupakan wujud penyembahan
kepada leluhur karena telah mencapai suatu keberhasilan.
Paki berarti memotong atau menyembelih. Kaba berarti kerbau. Karena itu Paki Kaba
berarti memotong kerbau sebagai bentuk persembahan kepada para leluhur. Sedang
Congko Lokap bermakna membersihkan rumah adat (Mbaru Gendang) dari segala unsur yang tidak baik, seperti pengaruh dari
setan atau perbuatan manusia yang bercela. Sehingga penggunaan dan pemanfaatan
'mbaru gendang' itu bersih, suci dan layak sebagai rumah adat.
Gendang di atas Tiang Tonggak (Siri Bongkok) |
Rangkaian acara ritual yang merupakan
perwujudan dari rasa syukur atas diresmikannya Komplek Kantor Pemerintahan
baru. Selain kantor bupati, juga terdapat sejumlah kantor SKPD dan DPRD
sehingga kompleks perkantoran tersebut merupakan representasi perkampungan dan
hirarkis kepemimpinan orang Manggarai yang menegaskan pusat penyelesaian segala hal termasuk
pengambilan kebijakan dan keputusan ada di tangan orang yang menduduki Siri
Bongkok (tiang tonggak) dalam rumah adat yakni Bupati.
Berbagai acara ritual yang digelar pada
peresmian tersebut diantaranya Wisi Loce, Pemindahan Batu Naga (Morin) dan Paki
Kaba Congko Lokap. Bangunan seluas dua
lantai dengan panjang 97 meter serta lebar 40 meter itu menjadi saksi bisu
digelarnya seluruh rangakaian upacara tersebut. Ke depan acara semacam itu akan
menjadi tontotan menarik bagi turis domestik maupun mancanegara. Karena itu
perlu dibuat kalender tetap.
Rangkaian ritual tersebut diawali dengan Wisi
Loce yang dilakukan para tetua adat. Semua warga kampung atau utusannya
diundang selama proses adat tersebut berlangsung. Hal itu sekaligus
menandai bahwa prosesi adat secara resmi
dimulai.
Persembahan Ayam (Palak/Pange Manuk) |
Selepas itu masih banyak lagi ritual lanjutan
seperti, Persembahan Ayam (Palak/Pange Manuk), upacara penyajian sirih – pinang
untuk para leluhur (Teing Tepa), teti gendang/nggong/compang, 'teing hang besik
weki', 'tiba meka' dan 'karong ndei', 'teti gendang/nggong/compang' dari kantor
bupati lama ke lokasi kantor bupati yang baru di Lehong.
Juga 'dadang gendang/nggong/compang', 'tiba
gendang/nggong/compang', 'derek compang', 'we mbaru', 'weo nggong dan gendang',
'renang sapo dan tukur liking', 'mbata dan sanda', 'cece cocok', 'potok', 'wa
wa tana' dan 'sae, barong boa' dan 'barong wae', 'lilik raga kaba' dan 'doal
kaba congko lokap', 'congko laca' dan 'wali anak rona', 'caca selek' dan misa
syukur pemberkatan bangunan kantor bupati.
Pemindahan
Batu Naga (Morin):
Pada hari berikutnya, dilaksanakan upacara
pemindahan Batu Naga (Morin), dari Kantor Bupati lama di Toka, Kecamatan Borong
ke kantor bupati baru yang terletak di
Lehong, Desa Gurung Liwut Kecamatan Borong. Pda kesempatan yang sama
juga ditanam pohon beringin yang ditanam di dekat batu naga tersebut
Animisme masyarakat Manggarai Timur pada
umumnya masih cukup tinggi. Animisme merupakan kepercayaan kepada makhluk halus
dan mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua,
pohon atau batu besar), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar semangat
tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari semangat dan juga
dalam kehidupan seharian mereka.
Tarian Raga Sae
Sebelum melakukan Paki Kaba (potong kerbau)
para tetua adat memperagakan tarian magis sebagai pengiring atau pembangkit
semangat yang disebut dengan Raga Sae.
Tarian Raga Sae |
Tarian Raga Sae dipentaskan di halaman Kantor
Bupati yang baru dengan mengitari kerbau yang akan dijadikan korban. Tarian
tersebut ditarikan sejumlah lelaki dengan busana tradisional, lengkap dengan
senjata tradisionalnya. Tarian tersebut memiliki beragam gerakan. Para tetua
adat secara bergantian memimpin jalannya upacara tersebut yang diselingi dengan
ungkapan permohonan kepada leluhur (Torak Tae).
Setelah prosesi Raga Sae dilakukan, maka
seorang algojo bersiap melakukan pemotongan kerbau yang diikat di sebuah tiang
pancang. Hanya dalam dua tebasan, maka tersungkurlah kerbau gemuk tersebut.
Selanjutnya, pemotongan daging kerbau dilakukan untuk persembahan kepada
leluhur. Sebagian lainnya, dimasak untuk dimakan bersama. ** Sapto Adiwiloso/Marthen Durvan