Kamis, 21 Maret 2013





PAKI KABA CONGKO LOKAP
Tandai Peresmian Kantor Bupati Matim



Kantor Bupati Manggarai Timur di Lehong, Kecamatan Borong
Foto-Foto dok:Humas Pemkab Matim


Kabupaten Manggarai Timur (Matim), 
Provinsi Nusa Tenggara Timur 
kaya akan ragam budayanya. 
Berbagai upacara ritual 
digelar lebih dari sepekan 
saat meresmikan Kantor Bupati 
yang terletak di Lehong, Kecamatan Borong 
beberapa waktu lalu.
 
Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, meski tergolong kabupaten baru, namun geliat untuk mempromosikan keragaman budaya yang dimiliknya patut mendapat sambutan positif. Khususnya bagi para wisatawan penikmat budaya tradisional.
 
Seni Tradisi Yang Tetap Lestari

Belum lama ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Timur menggelar rangkaian upacara ritual terkait dengan peresmian kantor bupati baru tersebut yang bertajuk Paki Kaba Congko Lokap.

Paki Kaba Congko Lokap atau Congko Lokap Doal Kaba dalam bahasa Manggarai diidentikan dengan penyembelihan kerbau sebagai hewan kurban. Paki Kaba merupakan acara ritual yang dilakukan masyarakat Manggarai pada umumnya. Upacara ritual tersebut merupakan wujud penyembahan kepada leluhur karena telah mencapai suatu keberhasilan.

Paki berarti memotong atau menyembelih.  Kaba berarti kerbau. Karena itu Paki Kaba berarti memotong kerbau sebagai bentuk persembahan kepada para leluhur. Sedang Congko Lokap bermakna membersihkan rumah adat (Mbaru Gendang) dari segala  unsur yang tidak baik, seperti pengaruh dari setan atau perbuatan manusia yang bercela. Sehingga penggunaan dan pemanfaatan 'mbaru gendang' itu bersih, suci dan layak sebagai rumah adat.

Gendang di atas Tiang Tonggak (Siri Bongkok)
Rangkaian acara ritual yang merupakan perwujudan dari rasa syukur atas diresmikannya Komplek Kantor Pemerintahan baru. Selain kantor bupati, juga terdapat sejumlah kantor SKPD dan DPRD sehingga kompleks perkantoran tersebut merupakan representasi perkampungan dan hirarkis kepemimpinan orang Manggarai yang menegaskan  pusat penyelesaian segala hal termasuk pengambilan kebijakan dan keputusan ada di tangan orang yang menduduki Siri Bongkok (tiang tonggak) dalam rumah adat yakni Bupati.

Berbagai acara ritual yang digelar pada peresmian tersebut diantaranya Wisi Loce, Pemindahan Batu Naga (Morin) dan Paki Kaba Congko Lokap. Bangunan seluas  dua lantai dengan panjang 97 meter serta lebar 40 meter itu menjadi saksi bisu digelarnya seluruh rangakaian upacara tersebut. Ke depan acara semacam itu akan menjadi tontotan menarik bagi turis domestik maupun mancanegara. Karena itu perlu dibuat kalender tetap.

 Rangkaian ritual tersebut diawali dengan Wisi Loce yang dilakukan para tetua adat. Semua warga kampung atau utusannya diundang selama proses adat tersebut berlangsung. Hal itu sekaligus menandai  bahwa prosesi adat secara resmi dimulai.

Persembahan Ayam (Palak/Pange Manuk)
Selepas itu masih banyak lagi ritual lanjutan seperti, Persembahan Ayam (Palak/Pange Manuk), upacara penyajian sirih – pinang untuk para leluhur (Teing Tepa), teti gendang/nggong/compang, 'teing hang besik weki', 'tiba meka' dan 'karong ndei', 'teti gendang/nggong/compang' dari kantor bupati lama ke lokasi kantor bupati yang baru di Lehong.

Juga 'dadang gendang/nggong/compang', 'tiba gendang/nggong/compang', 'derek compang', 'we mbaru', 'weo nggong dan gendang', 'renang sapo dan tukur liking', 'mbata dan sanda', 'cece cocok', 'potok', 'wa wa tana' dan 'sae, barong boa' dan 'barong wae', 'lilik raga kaba' dan 'doal kaba congko lokap', 'congko laca' dan 'wali anak rona', 'caca selek' dan misa syukur pemberkatan bangunan kantor bupati.

Pemindahan Batu Naga (Morin):
Pada hari berikutnya, dilaksanakan upacara pemindahan Batu Naga (Morin), dari Kantor Bupati lama di Toka, Kecamatan Borong ke kantor bupati baru yang terletak di  Lehong, Desa Gurung Liwut Kecamatan Borong. Pda kesempatan yang sama juga ditanam pohon beringin yang ditanam di dekat batu naga tersebut

Animisme masyarakat Manggarai Timur pada umumnya masih cukup tinggi. Animisme merupakan kepercayaan kepada makhluk halus dan mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua, pohon atau batu besar), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar semangat tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari semangat dan juga dalam kehidupan seharian mereka.

Tarian Raga Sae
Sebelum melakukan Paki Kaba (potong kerbau) para tetua adat memperagakan tarian magis sebagai pengiring atau pembangkit semangat yang disebut dengan Raga Sae.

Tarian Raga Sae
Tarian Raga Sae dipentaskan di halaman Kantor Bupati yang baru dengan mengitari kerbau yang akan dijadikan korban. Tarian tersebut ditarikan sejumlah lelaki dengan busana tradisional, lengkap dengan senjata tradisionalnya. Tarian tersebut memiliki beragam gerakan. Para tetua adat secara bergantian memimpin jalannya upacara tersebut yang diselingi dengan ungkapan permohonan kepada leluhur (Torak Tae).

Setelah prosesi Raga Sae dilakukan, maka seorang algojo bersiap melakukan pemotongan kerbau yang diikat di sebuah tiang pancang. Hanya dalam dua tebasan, maka tersungkurlah kerbau gemuk tersebut. Selanjutnya, pemotongan daging kerbau dilakukan untuk persembahan kepada leluhur. Sebagian lainnya, dimasak untuk dimakan bersama. ** Sapto Adiwiloso/Marthen Durvan



Rabu, 13 Maret 2013

Wisata Danau di Kabupaten Manggarai Timur, NTT: ...







RANA TONJONG:
Danau Teratai Raksasa Terluas Kedua 
di Dunia

Danau Rana Tonjong merupakan tempat tumbuhnya pohon teratai yang menyebar memenuhi seluruh permukaan. Tidaklah mengherankan jika danau tersebut merupakan danau teratai terluas kedua di dunia  setelah India.

Dari atas jalan berbatu di sebuah perbukitan, nampak hamparan pohon teratai raksasa/giant lotus (Victoria amazonia) atau tonjong dalam bahasa setempat, memenuhi seluruh permukaan danau yang luasnya 2.300 meter persegi itu.

Kepak sayap burung bangau dan belibis yang menerobos masuk diantara rerimbunan teratai, pertanda ada kehidupan di dalamnya. Betapa tidak, danau yang terletak di Desa Nanga Mbaling, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu juga hidup habitat ikan gabus, Lele berukuran besar dan katak.

Menurut Arsyad, Tenaga Harian Lepas (THL) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai Timur, danau ini memiliki  keajaiban yakni hamparan pohon teratai yang memenuhi seluruh permukaan itu tidak tergantung pada debit air. Meskipun debit air mengalami penurunan di musim kemarau, tanaman teratai tidak layu atau mati.

“Bahkan pada April-Mei, bunga-bunga bermekaran, keluar dari kelopaknya. Pada 2009 dimana curah hujanmya sangat banyak pohon teratai itu berbunga terus. Tetapi pada musim kemarau beberapa batang pohon nampak kering tetapi tidak mati,” ujarnya.

Di dalam kelopak bunga terdapat biji-bijian yang dapat dimakan mentah dan memiliki rasa layaknya kacang tanah. Menurutnya, bunga teratai tersebut tidak dapat tumbuh dan berbunga di tempat lain, selain di Danau Rana Tonjong.

Dinas terkait di masa mendatang akan meningkatkan daya dukung, untuk menjaga kelestariannya karena jenis tanaman tersebut tergolong langka dan unik.

Danau Rana Tonjong dapat ditempuh melalui Ruteng, Manggarai lalu ke Reo dan Pota dengan jarak tempuh sekitar 80 kilometer dengan waktu tempuh 4,5 jam. Sedangkan jarak dari Pota, Kecamatan Sambi Rampas sekitar 3 kilometer saja.

Jika dari Borong, Ibukota Manggarai Timur, dapat ditempuh melalui Bealaing, Watunggong, Lengko Ajang. Selanjutnya menuju Danau Rana Tonjong. Sedang jarak keseluruhannya 120 kilometer, dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat selama 5,5 jam.**Sapto Adiwiloso

DANAU 
RANA KULAN:
Pesona Kesejukan 
di Hutan Elar

Tempat persinggahan yang menawarkan kesejukan.   Keasrian alamnya pun  masih sangat terjaga.

Danau Rana Kulan yang terletak di Desa Rana Kulan, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki panorama alam yang sangat menakjubkan dan masih sangat alami. Di sekeliling danau terdapat hutan yang sangat lebat dan masih terjaga keasriannya, sehingga membuat udara di sekitar danau sangat sejuk dan segar

Danau Rana Kulan luasnya sekitar 5 kilometer persegi dengan kedalaman 30 meter.  Karena letaknya di tepi jalan menuju Pota, Kecamatan Sambi Rampas, maka tak mengherankan jika danau ini menjadi tempat persinggahan yang sangat menarik bagi orang-orang yang bepergian dari atau menuju Pota.

Situasi di danau tersebut, sangat tenang karena jauh dari pemukiman penduduk. Danau dikelilingi hutan lebat yang masih sangat alami dan kebun kopi milik penduduk setempat. Dari tepi danau pengunjung dapat melihat itik air dan burung bangau yang sedang berenang dan mencari makanan di dalam danau.

Sedang dari balik pepohonan dan hutan yang rimbun terdengar kicauan burung seperti nuri peregam, dan ayam hutan yang silih berganti mengisi sunyinya danau. Danau Rana Kulan juga memiliki biota bawa air seperti ikan air tawar, udang dan belut. Banyak orang datang ke danau Rana Kulan untuk memancing sambil menikmati indahnya danau.

Bagi wisatawan yang menyukai wisata danau, disarankan agar membawa bekal makanan dan minuman secukupnya karena di sekitar danau tidak tersedia penjual makanan dan minuman yang bisa melayani kebutuhan pengunjung.

Danau Rana Kulan dapat ditempuh dari Ruteng (Ibukota Kabupaten Manggarai)  maupun dari Borong (Ibukota Manggarai Timur), menempuh jalur tengah yaitu melalui Bealaing, Watunggong, Lengko Ajang, selanjutnya langsung menuju Danau Rana Kulan. Jarak dari Ruteng sejauh 60km dan bisa di tempuh dalam 2.5 jam.

Sedangkan apabila dari Borong, sejauh 90km dengan waktu tempuh sekitar 3.5 jam. Perkiraan waktu tempuh bisa lebih lama dari perkiraan karena jalan yang dilalui beraspal tapi melewati medan yang cukup sulit dan menantang namun juga sangat bergantung pada kondisi jalan raya dan kendaraan yang dipakai.**Sapto Adiwiloso


DANAU RANA MESE:
Kilauan Permata di Tengah Rimba
Danau Rana Mese

Danau Rana Mese, dulunya merupakan sebuah kawah yang tertutup air, sehingga bagian tepi danau Nampak curam. Meski demikian, danau ini nampak bersih dan pemandangannya indah.

Sinar mentari pagi yang menembus celah pepohonan di hutan lindung, memantulkan warna-warna pelangi di permukaan Danau Rana Mese.

Pagi itu, suasananya begitu tenang dan damai. Apalagi di seputar hutan yang mengelilingi danau, kicauan berbagai jenis burung bak symphoni yang teramat merdu. Rasa penat di tubuh setelah bekerja selama sepekan pun, seketika sirna.

Danau yang berlokasi di Desa Golo Lini Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur itu berada di wilayah hutan lindung dan dikelilingi barisan pegunungan Mandosawu dan Poco Ranaka di antara wilayah Kecamatan Borong dan Poco Ranaka.

Rana Mese merupakan permata yang tersembunyi di Tengah Hutan.  Berada di ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut, luas areal danau 11,5 hektar dan kedalaman 43 meter di tengah. Kedalaman di Suhu udara di Rana Mese cukup dingin.

Danau yang terletak di jalan nasional antara Ruteng – Borong itu sebelumnya merupakan sebuah kawah yang tertutup air sehingga bagian tepi danau nampak curam.

Rana Mese memiliki keanekaragaman biota bawah air seperti ikan air tawar, belut dan udang. Areal hutan ini juga menjadi habitat bagi beberapa hewan mamalia seperti monyet, landak, babi hutan dan musang serta beberapa jenis burung seperti burung hantu flores, pecuk, belibis dan kelelawar.

Aktivitas yang dapat dilakukan di danau tersebut yakni, memancing, tracking keliling danau dan berenang. Airnya sangat jernih sehingga sering digunakan sebagai sumber air minum bagi masyarakat sekitar.

Menurut Jeremias Tarus, petugas KSDA NTT II yang membawahi kawasan hutan di sekitar Danau Rana Mese mengatakan, di seputar danau tersebut hidup 99 species burung. “Ada beberapa tamu dari mancanegara yang tertarik mengamati jenis burung di sini hingga menginap selama seminggu,” ujarnya awal Juli lalu.

Turis-turis mancanegara yang pernah mengunjungi danau ini diantaranya berasal dari Perancis, Belanda, Jerman.

“Mereka terkesan mengunjungi danau ini karena keindahannya. Juga kondisinya sangat bersih,” ujarnya.

 Yang perlu dibenahi di seputar danau ini menurut jeremias, adalah perawatan jalur tracking di sekeliling Danau Rana Mese. Juga agar di beberapa titik dibuat bale-bale untuk tempat istirahat bagi mereka yang melakukan aktivitas tracking tersebut.

Pada Mei – September biasanya wisatawan Eropa banyak yang mengunjungi danau tersebut. Ia mengakui tahun ini pengunjung agak berkurang. Karena itu ia berharap agar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Manggarai Timur dapat segera membenahi kondisi danau tersebut, sehingga akan menggugah minat para wisatawan khususnya mancanegara yang menyukai wisata alam.

Jeremias juga berharap agar masyarakat sekeliling danau Rana Mese dapat memanfaatkan kunjungan wisatawan dengan membuka penginapan (home stay) dan dapat berjualan berbagai jenis makanan yang dibuat dari bumbu-bumbu alami di sekitar hutan tersebut.

Untuk menuju lokasi Danau Rana Mese, pengunjung  dapat menempuh perjalanan dari Ruteng sejauh 21 km dengan waktu tempuh 30 menit. Sedang dari Borong berjarak 35 kilometer ditempuh dalam waktu 45 menit. Kondisi jalan sangat bagus.**Sapto Adiwiloso